Tradisi Sedekah Desa Jantiganggong, Warisan Leluhur yang Terus Dilestarikan

Pemerintah Desa Jantiganggong dalam kegiatan sedekah desa di makam mbah Sestro
dan mbah Chio Jantiganggong 


JOMBANG,centralberitanews1.com – Tradisi sedekah desa di Desa Jantiganggong, Kecamatan Jombang, menjadi salah satu kegiatan adat yang masih terjaga secara turun-temurun hingga saat ini. Kegiatan ini merupakan bentuk rasa syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki dan keselamatan yang diberikan kepada warga desa. Kamis, (17 Juli 2025), Pemerintah Desa Jantiganggong kembali menggelar prosesi Sedekah Desa dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat tanpa memandang latar belakang profesi maupun usia.

Acara yang dipusatkan di area makam leluhur desa tersebut dihadiri lebih dari ratusan warga, mulai dari anak-anak, pemuda, hingga para tokoh sepuh. Terlihat pula kehadiran berbagai unsur penting dalam masyarakat seperti tokoh agama, tokoh masyarakat, lembaga desa, Bhabinkamtibmas, Babinsa, dan tentunya perangkat Pemerintah Desa Jantiganggong.

Terdapat tiga tahapan utama dalam pelaksanaan prosesi sedekah desa kali ini. Dimulai dengan doa bersama di area makam leluhur, dilanjutkan dengan prosesi ruwatan desa, dan ditutup dengan pagelaran wayang kulit sebagai simbol budaya dan hiburan rakyat. Seluruh rangkaian acara tersebut berlangsung dengan khidmat dan penuh makna, mencerminkan semangat kebersamaan dan kekeluargaan yang menjadi ciri khas masyarakat Desa Jantiganggong.


Dalam sambutannya, Kepala Desa Jantiganggong, Hadi Mulyo, menegaskan pentingnya pelestarian tradisi ini. Ia menyatakan bahwa sedekah desa bukanlah sebuah kegiatan yang menyimpang dari ajaran agama, melainkan bagian dari budaya lokal yang sarat nilai spiritual dan sosial.


“Sedekah desa dan doa bersama bukanlah suatu hal yang bertentangan dengan ajaran agama. Justru ini adalah bentuk rasa syukur dan ikhtiar kita untuk memohon keselamatan dan dijauhkan dari bencana. Selain itu, kegiatan ini menjadi momen penting untuk mempererat hubungan antara warga dengan pemerintah desa,” ujar Hadi Mulyo.

Ia juga menambahkan bahwa bulan Muharram merupakan waktu yang sangat baik untuk melaksanakan kegiatan doa bersama, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dengan harapan, desa Jantiganggong senantiasa mendapatkan perlindungan dan keberkahan dari Allah SWT.

Masih dalam sambutannya, Hadi Mulyo juga menyampaikan pentingnya menjaga sejarah dan warisan leluhur. Ia menceritakan sekilas tentang asal-usul Desa Jantiganggong kepada para hadirin agar generasi muda tidak melupakan jati diri dan sejarah desa tempat mereka tinggal.

“Kalau tidak kita ceritakan sekarang, anak cucu kita tidak akan tahu sejarah Desa Jantiganggong. Ini adalah tanggung jawab kita bersama untuk menjaga warisan leluhur agar tidak punah ditelan zaman,” tuturnya penuh semangat.

Pagelaran wayang kulit yang digelar pada malam harinya menjadi penutup rangkaian kegiatan sedekah desa. Dengan lakon yang sarat pesan moral dan nilai kehidupan, pertunjukan ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga media edukasi budaya bagi masyarakat, khususnya generasi muda.

Tradisi sedekah desa Jantiganggong merupakan bukti nyata bahwa budaya lokal masih mendapat tempat penting di tengah modernisasi. Melalui pelestarian tradisi ini, masyarakat tidak hanya menjaga nilai-nilai leluhur, tetapi juga memperkuat rasa persatuan dan kesatuan dalam bingkai kearifan lokal.